top of page

Apakah Sungkan itu Sopan?

Updated: Feb 15, 2023



Sungkan dan Sopan adalah 2 karakteristik yang khas untuk orang Indonesia. Negri kita yang indah ini terkenal dengan senyuman yang ramah dan orang-orang yang menyenangkan. Tapi perilaku yang indah ini bisa didasari oleh 2 energi yang berbeda.


Energi SUNGKAN didasari rasa takut.


Energi SOPAN didasari rasa cinta kasih untuk sesama.


Ramah dan menyenangkan karena sungkan, padahal dibalik itu kita tidak mengerti atau tidak setuju… tapi takut untuk mengungkapkan karena satu dan lain hal. Atau ramah dan menyenangkan karena sopan; kita memang mendukung lawan bicara kita dan tulus dalam keramahan kita.


Saya melihat SUNGKAN & SOPAN adalah 2 hal yang bertolak belakang. Sungkan bukanlah sopan. Orang sopan tidak sungkan. Sungkan merepotkan orang, dan oleh karena itu, tidak sopan.


Ayo kita lihat beberapa contoh.


Orang sungkan biasanya takut untuk bertatap mata dengan lawan bicaranya. Bayangkan dua orang berbicara. Satu dengan asyiknya bicarakan suatu topik, tapi lainnya menunduk dan melihat meja. Apa yang dirasakan si pembicara? Apakah si sungkan itu membuat lawan bicaranya nyaman? Apakah sopan untuk tidak melihat ke lawan bicara? Mungkin di beberapa suku jawabannya iya. Tapi di perkantoran dan dunia bisnis dimana semua suku bergabung untuk bekerjasama, apakah kita sopan untuk menggunakan kebiasaan kita yang mungkin membuat orang lain merasa tidak enak? Apakah bersikap sungkan pada lawan bicara itu sopan?


Contoh lainnya.


Si sungkan diberikan pekerjaan oleh atasannya. Sudah dikerjakan tapi karena sungkan, tidak update ke atasan. Si atasan menunggu berhari-hari tanpa kabar. Akhirnya, dalam kesibukannya, dia yang harus bertanya ke si sungkan, “Eh, kerjaan yang itu gimana?” Karena memang sudah dikerjakan, si sungkan menjawab, “Udah bu. Dari minggu lalu sudah selesai.” Bagaimana rasanya jadi si atasan? Apakah sopan untuk membuat orang mengejar hasil kerja kita, padahal kita tahu dia semestinya mendapatkan update secara proaktif?


Atau bagaimana dengan ini?


Sama seperti di atas: si atasan memberikan instruksi ke si sungkan. Si sungkan tidak mengerti, tapi karena sungkan bertanya, dia pura-pura mengerti. Berhari-hari hasil kerjanya ditunggu. Dan pada saat ditagih, si sungkan menjawab dengan pelan bahwa dia sebetulnya tidak mengerti waktu di kasih instruksi. Akhirnya pekerjaan terlambat dan akibatnya dirasakan oleh department lain. Apakah sopan?


Contoh terakhir dari saya


Si sungkan masuk ke dalam tim yang sedang mencoba membuat lingkungan komunikasi yang terbuka. Karena sungkan, dia mulai membuat jalur-jalur komunikasi yang rahasia dengan teman kerjanya supaya si atasan tidak tahu. Akhirnya kultur keterbukaan secara pelan-pelan menjadi pudar karena si sungkan tidak berani mengungkapkan. Dan tim lain diajak menjadi sungkan dengan menggunakan jalur komunikasi yang tidak formal atau tertutup. Hal ini bisa membingungkan seluruh perusahaan. Atasan yang sedang mencoba menjalin hubungan yang lebih erat akhirnya gagal. Apakah dengan mendahulukan rasa takutnya sendiri, si sungkan bertindak secara sopan terhadap kultur perusahaan yang sedang dibangun?


Semakin saya mendengar cerita orang sukses maupun orang yang belum sukses, semakin saya perhatikan bahwa kita semua pernah mengalami masa-masa yang membuat kita tidak yakin, minder, dan takut. Bedanya, beberapa orang bisa keluar dari zona kenyamanan dan mengambil sikap berani. Yang lain memilih untuk terus menggunakan situasi hidupnya sebagai alasan untuk tetap takut.


Lucunya, mereka berharap keturunan mereka akan menjadi orang yang lebih baik. Jarang saya ketemu orang tua yang berharap anaknya juga akan sungkan dan takut. Tapi anak kita belajar dari kita. Mereka memperhatikan gerak gerik kita dan menirunya lebih dari hanya mendengar ceramah dari mulut kita. Apakah dengan sikap kita sekarang, anak kita akan belajar berani? Apa dampaknya kalau kesungkanan turun temurun di keluarga kita?


Sungkan datangnya dari rasa takut. Sopan datang dari cinta kasih. Cinta kasih terhadap orang-orang disekitar kita. Kita cukup peduli untuk tidak membuang waktu mereka, untuk mengurangi stress yang mereka alami, dan menghargai usaha mereka untuk membangun sebuah relasi yang terbuka. Orang sopan tidak hanya memikirkan diri sendiri. Tidak hanya mau melakukan hal yang membuat dirinya nyaman dan aman. Mungkin oleh karena itu, orang sopan maju dalam hidupnya… tetapi orang sungkan tidak kemana-mana.


Orang Indonesia sangat unggul dalam kesopanan. Tapi seringkali menganggap sikap “sungkan” adalah “sopan.” Semoga dengan tulisan ini, kita bisa lebih mencermati bedanya kedua sikap itu.


Ayolah kita menjadi orang yang sopan… yang mengasihi orang lain. Bukan orang yang terperangkap dalam rasa takut dan hidup sungkan selamanya.


by Cynthia Wihardja

0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page